Kamis, 13 Januari 2011

PENDAHULUAN

        SANGIANG - Merupakan asal kata dari "sang" dan "hyang". Sang artinya suatu gelar dan hyang artinya sesuatu yang dianggap luhur atau agung.
     Dalam istilah Sunda kuno, sanghyang merupakan sosok orang yang dinilai memiliki kelebihan atau keutamaan atas suatu ilmu yang diturunkan oleh sang pencipta. tingkatan sanghyang dalam keilmuan orang - orang Kawi atau Jawa dianggap dan setingkat dengan Batara atau Dewa.
        Yaitu otrang yang dianggap memiliki kedekatan dengan sang pencipta karena suatu ilmu yang dimilikinya sehingga dihormati dan disegani oleh orang - orang atau masyarakat secara luas.
       Sanghyang juga diidentikan memiliki kesaktian yang linuwih dibanding dengan masyarakat umum pada waktu itu sehingga sangat ditakuti oleh orang - orang yang memusuhinya.
       Di pulau jawa, Sangiang merupakan nama sebuah danau yang berada di kawasan Gunung Ciremai, Jawa Barat. Tepatnya di Desa Sangiang Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan sebutan Situ Sangiang.
        Situ Sangiang yang menghampar seluas 18 hektar di kawasan datar Gunung Ciremai dalam ketinggian 980 meter di atas permukaan laut ini merupakan kawasan hutan lindung yang dikelola oleh Taman Nasional Gunung Ciremai, Departeman Kehutanan. 
         Daerah ini memiliki history dan keunikan tersendiri. Selain sebagai daerah kawasan hutan lindung dan wisata alam, juga merupakan daerah yang dianggap masyarakat luas sebagai tempat keramat dan memiliki nilai kekeramatan tersendiri.
      Curah hujan di sektitar kawasn ini berkisar antara 3.000-3.500mm/tahun. Sedangkan suhunya berubah - ubah antara 18-30 derajat celcius. 
        Masyarakat di sekitar ini menggunakan bahasa sehari-harinya bahasa adat Sunda dengan kehidupan bercocok tanam sayur dan palawija.
       Masyarakat Sangiang dikenal cukup ramah dan bersahaja kepada siapapun yang ditemui atau yang menemuinya.


Foto: Situ Sangiang, Talaga.
      Dalam tulisan ini, penulis mencoba menyajikan sebagai hasil temuan, audensi dengan sesepuh dan sebagian keluarga keturunan Talaga serta penelaahan melalui pendekatan supranatural dari berbagai tempat.
Kiranya dapat berguna bagi hasanah budaya nusantara.
           Hal mana juga merupakan maksud tersendiri bagi penulis sebagai tanda eling ka diri, dimana tak kan pernah ada kita tanpa orang tua kita. Tak kan pernah ada orang tua kita tanpa adanya leluhur kita.
        Maka dengan menyajikan tulisan dan gambar2 ini serta berbagai kejadian di tempat - tempat yang berkaitan dengan lokasi - lokasi yang dikunjungi semoga semakin memperdalam kedekatan penulis dengan Ilahi Sang Pencipta langit dan bumi. Dan semoga menjadi rahmat, berkah dan karomah bagi penulis untuk mengemban amanat hidup di jalan yang diridoi Allah. Amiin.
         Tulisan ini untuk membuktikan betapa jelas dan yakinnya bahwa adanya kehidupan hari ini dan masa lalu. Juga ada kehidupan orang - orang masa kini dan orang - orang masa lalu.
         Penulis mencoba merangkai secara bertahap tapi insyaallah pasti, bagaimana hubungan Talaga dengan kerajaan - kerajaan lain pada masa silam. yang mungkin lebih memperjelas bagaimana keterkaitan Talaga dengan Galuh dan Pajajaran. Bagaimana pula keterkaitan dengan Cirebon dan Sumedang Larang dan lainnya.
           
          Selamat menikmati...


Foto: Sanghyang Rasa Cipta Jatining Jagat


***
                                        




Rabu, 29 Desember 2010

Kata Pengantar

Bismillaahirrahmaanir rahiim

Assalaamu'alaikum wr.wb.,
     Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang menurunkan hujan dan meninggikan gunung- gunung. Yang di atasnya ditumbuhkan pohon - pohonan. Dan diatur rijki makhluknya dengan takaran - takaran-Nya karena ke-Agungan dan Kuasa-Nya.
     Dialah Allah yang telah membimbing saya menyusun blog ini dengan bertahap, sesuai dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Yang semuanya juga adalah semata - mata karena kehendak-Nya.
     Terimakasih saya sampaikan kepada semua pihak, kedua orang tua, adik, saudara, teman, sahabat dan relasi yang telah mendorong, mendukung dan memprakarsai serta memfasilitasi terbentuknya blog yang secara khusus saya kemas berjudul "Sangiang".
     Juga terimakasih kepada para leluhur yang telah menurunkan ke-karomahan atas ridlonya Allah pada saya. Semoga maghfiroh dan nikmat Allah curahkan kepada mereka leluhurku, baik yang laki - laki maupun yang perempuan. Dari keluarga ibu dan juga bapak saya di tempat yang telah Allah tetapkan baginya. Amiin.
     Dengan segala kerendahan hati, blog "Sangiang"merupakan eling saya kepada Ilahi, dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi - tingginya kepada para leluhur Talaga khususnya serta pini sepuh Ki Sunda yang telah dengan susah payah memerintah, mengurus, menelihara serta menjaga kelestarian, keutuhan serta kemurnian alam tatar sunda sebagai "lemah cai" urang sunda.
     Yang telah menurunkan etika, wawasan serta kemampuan "urang Sunda" dalam beragama dan berbudaya. Dimana saya salah satu penerus beliau - beliau yang memiliki cita - cita luhur dalam menciptakan ketenteraman, kenyamanan, keindahan, keserasian serta keutuhan urang sunda dan sekitarnya.
     Seperti kata pepatah; tak kan pernah ada ranting tanpa pohonnya. Maka tak kan pernah ada Sanghyang Rasa Cipta Jatining Jagat tanpa leluhurnya.
     Tulisan ini juga merupakan sumbangsih saya sebagai bagian dari anak bangsa yang peduli terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia, agar diketahui, dijaga dan dilestarikan oleh kita semua sebagai penerusnya. Selain sebagai bacaan dan tambahan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan semata, semoga bermanfaat dan berdaya guna bagi bangsa ini. Terutama dalam membangun moral dan mental pelaku pembangunan Indonesia. Amiin.
     Maka dengan itu, saya mohon maaf dan maklum atas kekurang sempurnaan dalam menyusun blog ini.
     Semoga Allah senantiasa me-Rahmati kita semua dengan kasih sayang dan rijki-Nya, baik yang diduga - duga maupun yang tidak diduga - duga. Aamiin.

Wassalam,

Sanghyang Rasa Cipta Jatining Jagat